Jakarta (ANTARA
News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta pemerintah
mempertimbangkan kemungkinan keluar dari keanggotaan organisasi
perdagangan dunia (World Trade Organization - WTO) karena dinilai lebih
banyak merugikan kepentingan Indonesia.
"Selama ini WTO lebih menguntungkan negara-negara dengan
suprastruktur pertanian, teknologi, dan jaringan yang kuat, dan
merugikan negara berkembang seperti Indonesia. Karena itu sudah
seharusnya pemerintah mempertimbangkan keluar dari keanggotaan WTO,"
kata Ketua PBNU KH Abbas Muin dalam pernyataan tertulis yang diterima di
Jakarta, Jumat.
PBNU memandang bahwa dari aspek kepentingan masyarakat, keanggotaan
Indonesia di WTO lebih banyak madharatnya dari pada manfaatnya.
Menurut PBNU, Indonesia lebih baik menggunakan pendekatan hubungan
bilateral dalam hal perdagangan tanpa harus bergantung dan terikat
dengan WTO.
Menyikapi pelaksanaan Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-9 di Bali, PBNU mengingatkan pemerintah, dalam hal ini Menteri
Perdagangan Gita Wiryawan, untuk tidak menelorkan kesepakatan yang
merugikan petani, dalam hal ini terkait agenda pencabutan subsidi
pertanian.
PBNU meminta pemerintah untuk mendukung sikap India yang tidak ingin
menegoisasikan masalah cadangan pangan demi membela kepentingan
nasional, melindungi rakyat untuk mendapatkan harga pangan yang murah.
"Bagi rakyat Indonesia, lebih bermanfaat kalau KTM WTO Bali tidak menghasilkan kesepakatan," kata Abbas.
Ia mengingatkan agar Mendag Gita Wiryawan tidak berbuat naif untuk
mengikuti keinginan negara Barat, padahal mereka bertahun-tahun
mempertahankan subsidi untuk petani mereka.
"Jangan mengorbankan kepentingan rakyat untuk mendapatkan pujian
karena mempertahankan kesepakatan internasional," tambah Abbas.
Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di
dunia dengan 250 juta yang sebagian besar masih mengandalkan sektor
pertanian. Persaingan dengan produk pangan impor akan berakibat pada
matinya petani Indonesia yang memiliki daya saing lebih rendah.
"Indonesia bahkan harus tampil sebagai pemimpin yang memperjuangka kepentingan negara berkembang," kata Abbas. (S024/A029)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
santun berbahasa dan seksama dalam berpikir