TRIBUNLAMPUNG.co.id BANDUNG - Komite
Independen Pemantau Pemilu (KIPP) mengingatkan para petinggi partai politik
terhadap kemungkinan terjadinya persoalan psikologis pada diri calon legislatif
(caleg) yang gagal pada Pemilu 2014 nanti. Salah satu soal yang menimbulkan
tekanan psikologis pada diri caleg adalah mahalnya biaya politik.
"Untuk mencegah caleg gila di pemilu tahun
depan, kami menantang agar setiap petinggi atau pimpinan parpol untuk
mengeluarkan sebuah kebijakan yakni jangan pilih caleg yang menggunakan politik
uang. Kami rasa cara tersebut bisa mencegah adanya caleg gila," kata Wakil
Sekjen KIPP Jojo Rohi, di Bandung, Minggu (8/12/2013).
Dengan begitu, ia berharap, para caleg tidak lagi
harus mengeluarkan biaya-biaya politik yang tidak perlu. Masyarakat pun
diharapkan dapat memahami aneka praktik politik yang tidak sehat dan tidak
memilih para politisi yang masih menggunakan uang demi mendapatkan suara.
"Logikanya ialah daripada bikin iklan di
media massa seperti menggunakan jargon 'katakan tidak pada korupsi' lebih baik
bikin perjanjian itu, karena nantinya masyarakat akan percaya bahwa parpol
punya niat baik untuk memotong jalur korupsi," ujar dia.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, kata
Jojo, akibat kalah pada Pemilu 2009 sebanyak 7.276 caleg dinyatakan mengalami
gangguan jiwa atau gila.
"Mereka menjadi stres atau gila karena
berbagai hal, salah satunya ialah ongkos politik yang mahal. Untuk bisa maju
sebagai caleg tak ayal mereka harus mengeluarkan banyak uang," katanya.
Selain peran serta pimpinan atau petinggi parpol,
cara lain untuk mencegah caleg gila akibat gagal dalam pemilu ialah dengan
memberikan pendampingan psikologis.
"Jadi, para caleg tidak mendapatkan
pendampingan psikologis saat gagal dan stres. Parpol hanya menyediakan psikolog
ketika pendaftaran saja," kata Jojo.
Ia yakin, jika sistem demokrasi pada Pemilu 2014
masih sama dengan Pemilu 2009 maka bukan tidak mungkin jumlah caleg gila akan
meningkat tahun depan. (*)
0 comments:
Post a Comment
santun berbahasa dan seksama dalam berpikir